My World of Bonsai

Wednesday, May 10, 2006

Bagaimana Awalnya?

Dalam sebuah acara diskusi tentang bonsai yang dihadiri kurang lebih 80 orang peserta, saya ditanya tentang sejarah bonsai. Saya sebenarnya agak enggan menjawab pertanyaan itu, karena sudah ada beberapa buku bonsai yang menulis tentang sejarah bonsai. Tetapi tiba-tiba ada ide terlintas untuk membahas sejarah bonsai dari sisi yang lain. Saya kemudian memberikan pernyataan, jika yang dimaksud tentang sejarah bonsai itu adalah mulai tahun berapa budaya bonsai itu muncul, orang dari negara mana yang pertama kali membuat bonsai, dan lain-lain yang berhubungan dengan sejarah bonsai seperti persepsi kebanyakan orang, silahkan Anda baca sendiri di beberapa buku yang sudah membahas tentang hal itu.

Pertanyaan itu menjadi penting buat saya bahas, jika para peserta diskusi tertarik untuk membahasnya dari sisi yang lain, yang belum dibahas dalam buku-buku manapun yaitu kira-kira bonsai bagaimana yang dibuat oleh orang yang pertama kali membuat bonsai tersebut. Bonsai bukanlah sekedar miniatur pohon di alam. Buat apa kita membuat miniatur dari gaya pohon-pohon yang sehari-hari nampak di sekitar kita. Justru saya punya keyakinan bahwa orang yang pertama kali membuat bonsai, justru tertarik membuat miniatur pohon dari sebuah pohon yang gayanya tidak terlihat pada pohon-pohon yang tumbuh di sekitar tempat ia tinggal.

Mungkin, suatu saat dia berpergian jauh dari tempat tinggalnya dan menemukan ada pohon yang bentuk dan gayanya sangat unik, aneh, artistik sekaligus mengandung nilai estetika yang sangat mengagumkan dari sudut pandangnya. Karena gaya yang sangat unik tersebut, muncullah hasrat dan keinginan agar pohon dengan gaya unik tersebut bisa berada di sekitar tempat tinggalnya. Karena tidak mungkin memindahkan pohon itu, muncullah gagasan untuk membuat pohon dengan gaya unik tersebut dengan model miniatur. Sejak saat itulah muncul budaya bonsai.

Berpikir mendalam sangatlah penting dalam berkegiatan seni dan dalam meningkatkan kualitas SDM. Melihat sesuatu dari sisi lain adalah bagian dari berpikir mendalam. Berpikir mendalam adalah petualangan imajiner yang mempercepat peningkatan kemampuan kita dalam hal inovasi, kreasi dan imajinasi. Kemajuan di bidang apapun juga selalu dihasilkan dari ketiga proses tersebut.

Thursday, May 04, 2006

Banggalah Dengan Kekayaaan Flora Kita

Beberapa tahun terakhir ini, di kantor-kantor pemerintah di berbagai kota di Jawa, saya lihat ada pemandangan baru. Di halaman kantor-kantor itu ditanaman pohon-pohonan kelapa dari plastik yang ada lampunya. Kalau malam lampu pohon itu dinyalakan, indah memang. Tetapi keindahan itu membuat saya gundah. Pohon plastik? Ya, itulah yang membuat saya tidak habis pikir. Indonesia ini dikenal punya kekayaan flora nomor dua di dunia, sesudah Brazil., tapi di beberapa kantor pemerintahan ditanami pohon plastik. Di mana rasa wujud syukur kita atas karunia yang diberikan-Nya kepada negara ini? Seyogyanya kita bersyukur dan membanggakan karunia itu.

Sudah lama masyarakat Indonesia mengenal seni bonsai. Meskupun belum ada bukti konkrit (baru perkiraan) konon seni ini berasal dari China. Orang awam banyak yang mengira seni ini berasal dari Jepang karena Jepanglah yang mempopulerkan seni ini ke dunia internasional. Sampai saat ini masih banyak penggemar bonsai di Indonesia yang menjadikan China atau Jepang atau Taiwan sebagai kiblat perkembangan bonsai.

Ini adalah fakta:
  1. Kekayaan flora Indonesia nomor dua di dunia.
  2. Indonesia negara dua musim. Pertumbuhan pohon di daerah musim rata-rata jauh lebih cepat daripada pertumbuhan pohon di daerah empat musim.
  3. Indonesia memiliki berpuluh-puluh suku yang menghasilkan budaya dan seni yang luar biasa beragam. Ragam budaya dan seni yang ada di Indonesia ini bisa kita jadikan pemantik inspirasi kita dalam mengembangkan seni bonsai di negara tercinta ini.
Berpijak pada beberapa fakta di atas, seharusnya Indonesia mampu menjadi barometer/kiblat perkembangan seni bonsai bagi bangsa lain, bukan malah sebaliknya. Tinggal satu yang kita butuhkan, kemauan kita untuk mewujudkan negara ini menjadi barometer/kiblat bagi negara lain. Kemauan menghasilkan kemampuan, tidak mungkin sebaliknya.